“Dia bagai
malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan
jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makanan, tempat berteduh, sekolah
dan janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh
bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan
teladan tanpa mengharap budi sekalipun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua
dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar,
tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan
kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak
rambutku masih dikepang dua.
Sekarang,
ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang
adik yang tidak tahu diri, biarlah... biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai
daun... daun yang tak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari
tangkai pohonnya.”
Novel dengan
tebal halaman sebanyak 256 ini adalah terbitan dari PT. Gramedia Pustaka Utama,
pengarangnya seorang bernama Tere Liye –Darwis Tere Liye. Untuk harga gw gatau
berapa hihi karena novel ini gw pinjem dari mba Rahma hihi. Ceritanya bagus
banget, menyentuh. Alur ceritanya maju, mundur. Sudut pandang yang dibuat
penulis adalah sudut pandang orang pertama –aku. Menurut gw gaya bahasanya agak
‘berat’ tapi gw masih bisa mencerna setiap kalimat yang ditulis kok. :p
Peran utamanya
adalah Tania, gadis usia 11 tahun yang dipertemukan dengan ‘malaikatnya’ Kak
Danar. Tania hidup dengan Ibu dan satu adiknya, Dede. Setelah kak Danar masuk
kedalam hidupnya, hidupnya 180 derajat berubah, ka Danar membantu untuk
membiayai sekolah Tania dan Adiknya, setiap minggu datang menengok, mengajak
mereka ke toko buku dan tempat lain. Hingga satu hari Ibunya harus pergi untuk
selamanya. Disitu perjuangannya. Tania di terima sekolah di Singapura karena
beasiswa yang diajukannya lolos seleksi. Hari hari terus berlalu, hingga Tania
lulus sekolah dasar, dan dia pun mendapat kursi di salah satu sekolah menengah
pertama disana. Ka anar lah yang mendorong agar Tania mau melanjutkan
sekolahnya,hingga di bangku menengah atas. Dede, nasib Dede gimana ditinggal
kaka satu2nya itu?? Iya tetap di ‘rawat’ oleh ka Danar, sama seperti Tania. Tania
semakin dewasa,dan disini lah tumbuh perasaan yang dirasanya tidak harus tumbuh
untuk ka Danar. Hmm.
Yaa segitu
aja yaa resensinya, lanjutannya kalian harus baca, harus!!
Ada kutipan
lagi nih, sederet kalimat yang bagus banget:
“Ketahuilah,
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin... Dia membiarkan dirinya jatuh
begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.”
“Bahwa
hidup harus menerima... penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti...
pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami... pemahaman yang tulus. Tak peduli
lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski
lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.”
“Tak ada
yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin
merengkuhnya, membawanya pergi entah kemana.”
Itulah
sedikit resensi yang gw bikin, semoga makin penasaran dan beli novelnya yaaa. Makasi
buat penulisnya –Tere Liye, bukunya memotivasi banget, keren. Apalagi sama
kalimat itu :)
sumber:
Tere Liye, Darwis. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. 2013. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.